Perang Badar _MAKALAH
Makalah Perang Badar
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah
puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
saya untuk membuat sebuah makalah serta tidak lupa pula salawat dan salam
kepada junjungan nabi kita yaitu Nabi Muhammad SAW.
Saya
ucapkan terima kasih kepada Bapak Drs.Muhammad Rafi’i M.Pd yang telah
memberikan tugas ini kepada saya.Karena dengan bapak memberikan tugas ini saya
bisa memberitahu serta mengetahui apa saja dakwah Nabi Muhammad SAW pada saat
di Madinah,untuk itu saya akan menjelaskan salah satu dakwah Nabi Muhammad
yaitu Perang Badar.
Semoga
dengan saya membuat malakah ini bisa bermanfaat bagi pembaca maupun saya
sendiri.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Kandangan, 21 Mei 2015
Hafizatun Nisa
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................
BAB
I
PENDAHULUAN..........................................................................................................................
PENDAHULUAN..........................................................................................................................
A. Latar
Belakang.....................................................................................................................
B. Rumusan
Masalah..............................................................................................................
C. Tujuan
Pembelajaran........................................................................................................
D. Manfaat
Pembelajaran.....................................................................................................
BAB
II
ISI.......................................................................................................................................................
ISI.......................................................................................................................................................
A. Pengertian
Perang
Badar.................................................................................................
B. Latar
Belakang Terjadinya Perang
Badar.................................................................
Muhammad............................................................................................................................
Ghazawat................................................................................................................................
C. Pertempuran.........................................................................................................................
Pergerakan
Menuju
Badar..............................................................................................
Rencana
Pasukan
Muslim................................................................................................
Rencana
Pasukan
Mekkah...............................................................................................
Hari
Pertempuran...............................................................................................................
D. Setelah
Pertempuran.........................................................................................................
Korban dan
Tawanan........................................................................................................
Dampak
Perang
Badar......................................................................................................
E. Sumber
Sejarah....................................................................................................................
Badar Dalam
Al-Qur’an.....................................................................................................
Catatan
Tradisi Islam.........................................................................................................
BAB III
PENUTUP........................................................................................................................................
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR
PUSTAKA.....................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Latar
belakang pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari bapak yaitu
mencari makalah dakwah Nabi Muhammad di Madinah serta untuk mencari tahu
saputar-seputar Perang Badar seperti sejarahnya, alasan terjadinya Perang
Badar, kapan terjadinya Perang Badar, siapa saja yang terlibat saat Perang dan lain-lain.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut,
maka rumusan masalah yang di bahas pada makalah ini sebagai berikut:
1. Apa yang
menyebabkan terjadinya Perang Badar?
2. Kapan
terjadinya Perang Badar?
3. Siapa saja
yang terlibat dalam Perang Badar?
C. Tujuan
Pembelajar.
Tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk
mengetahu dakwah-dakwah yang dilakukan Rasulullah saat di Madinah.
2. Untuk
mengetahui latar belakangpenyebab terjadnya Perang Badar.
3. Untuk
mengetahui kapan tejadinya Perang Badar.
4. Untuk
mengetahu siapa saja yang terlibat dalam Perang Badar.
D. Manfaat
Pembelajaran
1. Bisa menjelaskan
lebih rinci masalah Perang Badar.
2. Bisa
memberikan kepada pembaca sejarah islam dahulu.
3. Bisa
memenuhi tugas yang diberikan bapak.
BAB II
ISI
A.
PENGERTIAN
PERANG BADAR
Pertempuran
Badar (bahasa Arab: غزوة بدر, ghazawāt
badr), adalah pertempuran besar pertama antara umat Islam melawan
musuh-musuhnya. Perang ini terjadi pada 17 Maret 624 Masehi atau 17 Ramadan 2
Hijriah. Pasukan kecil kaum Muslim yang berjumlah 313 orang bertempur
menghadapi pasukan Quraisy[1] dari Mekkah yang berjumlah 1.000 orang. Setelah
bertempur habis-habisan sekitar dua jam, pasukan Muslim menghancurkan barisan
pertahanan pasukan Quraisy, yang kemudian mundur dalam kekacauan.
Sebelum
pertempuran ini, kaum Muslim dan penduduk Mekkah telah terlibat dalam beberapa
kali konflik bersenjata skala kecil antara akhir 623 sampai dengan awal 624,
dan konflik bersenjata tersebut semakin lama semakin sering terjadi. Meskipun
demikian, Pertempuran Badar adalah pertempuran skala besar pertama yang terjadi
antara kedua kekuatan itu. Muhammad saat itu sedang memimpin pasukan kecil
dalam usahanya melakukan pencegatan terhadap kafilah Quraisy yang baru saja
pulang dari Syam, ketika ia dikejutkan oleh keberadaan pasukan Quraisy yang
jauh lebih besar. Pasukan Muhammad yang sangat berdisiplin bergerak maju
terhadap posisi pertahanan lawan yang kuat, dan berhasil menghancurkan barisan
pertahanan Mekkah sekaligus menewaskan beberapa pemimpin penting Quraisy,
antara lain ialah Abu Jahal alias Amr bin Hisyam.
Bagi kaum
Muslim awal, pertempuran ini sangatlah berarti karena merupakan bukti pertama
bahwa mereka sesungguhnya berpeluang untuk mengalahkan musuh mereka di Mekkah.
Mekkah saat itu merupakan salah satu kota terkaya dan terkuat di Arabia zaman
jahiliyah. Kemenangan kaum Muslim juga memperlihatkan kepada suku-suku Arab
lainnya bahwa suatu kekuatan baru telah bangkit di Arabia, serta memperkokoh
otoritas Muhammad sebagai pemimpin atas berbagai golongan masyarakat Madinah
yang sebelumnya sering bertikai. Berbagai suku Arab mulai memeluk agama Islam
dan membangun persekutuan dengan kaum Muslim di Madinah; dengan demikian, ekspansi
agama Islam pun dimulai.
Kekalahan
Quraisy dalam Pertempuran Badar menyebabkan mereka bersumpah untuk membalas
dendam, dan hal ini terjadi sekitar setahun kemudian dalam Pertempuran Uhud.
B. LATAR BELAKANG TERJADINYA PERANG BADAR
MUHAMMAD
Pada awal
peperangan, Jazirah Arab dihuni oleh suku-suku yang berbicara dalam bahasa
Arab. Beberapa diantaranya adalah suku Badui; bangsa nomad penggembala yang
terdiri dari berbagai macam suku; beberapa adalah suku petani yang tinggal di
oasis daerah utara atau daerah yang lebih subur di bagian selatan (sekarang
Yaman dan Oman). Mayoritas bangsa Arab menganut kepercayaan politeisme.
Beberapa suku juga memeluk agama Yahudi, Kristen (termasuk paham Nestorian),
dan Zoroastrianisme.
Nabi
Muhammad lahir di Mekkah sekitar tahun 570 dari keluarga Bani Hasyim dari suku
Quraisy. Ketika berumur 40 tahun, ia mengalami pengalaman spiritual yaitu
menerima wahyu ketika sedang menyepi di suatu gua, yakni Gua Hira di luar kota
Mekkah. Ia mulai berdakwah kepada keluarganya dan setelah itu baru berdakwah
kepada umum. Dakwahnya ada yang diterima dengan baik tapi lebih banyak yang
menentangnya. Pada periode ini, Muhammad dilindungi oleh pamannya Abu Thalib.
Ketika pamannya meninggal dunia sekitar tahun 619, kepemimpinan Bani Hasyim
diteruskan kepada salah seorang musuh Muhammad, yaitu Amr bin Hisyam,yang
menghilangkan perlindungan kepada Muhammad serta meningkatkan penganiayaan
terhadap komunitas Muslim.
Pada tahun
622, dengan semakin meningkatnya kekerasan terbuka yang dilakukan kaum Quraisy
kepada kaum Muslim di Mekkah, Muhammad dan banyak pengikutnya hijrah ke
Madinah. Hal ini menandai dimulainya kedudukan Muhammad sebagai pemimpin suatu
kelompok dan agama.
GHAZAWAT
Setelah
kejadian hijrah, ketegangan antara kelompok masyarakat di Mekkah dan Madinah
semakin memuncak dan pertikaian terjadi pada tahun 623 ketika kaum Muslim
memulai beberapa serangan (sering disebut ghazawāt dalam bahasa Arab) pada
rombongan dagang kaum Quraisy Mekkah. Madinah terletak di antara rute utama
perdagangan Mekkah. Meskipun kebanyakan kaum Muslim berasal dari kaum Quraisy
juga, mereka yakin akan haknya untuk mengambil harta para pedagang Quraisy Mekkah
tersebut; karena sebelumnya telah menjarah harta dan rumah kaum muslimin yang
ditinggalkan di Mekkah (karena hijrah) dan telah mengeluarkan mereka dari suku
dan kaumnya sendiri, sebuah penghinaan dalam kebudayaan Arab yang sangat menjunjung
tinggi kehormatan. Kaum Quraisy Mekkah jelas-jelas mempunyai pandangan lain
terhadap hal tersebut, karena mereka melihat kaum Muslim sebagai penjahat dan
juga ancaman terhadap lingkungan dan kewibawaan mereka.
Pada akhir
tahun 623 dan awal tahun 624, aksi ghazawāt semakin sering dan terjadi di
mana-mana. Pada bulan September 623, Muhammad memimpin sendiri 200 orang kaum
Muslim melakukan serangan yang gagal terhadap rombongan besar kafilah Mekkah.
Tak lama setelah itu, kaum Quraisy Mekkah melakukan "serangan balasan"
ke Madinah, meskipun tujuan sebenarnya hanyalah untuk mencuri ternak kaum
Muslim. Pada bulan January 624, kaum Muslim menyerang kafilah dagang Mekkah di
dekat daerah Nakhlah, hanya 40 kilometer di luar kota Mekkah, membunuh seorang
penjaga dan akhirnya benar-benar membangkitkan dendam di kalangan kaum Quraisy
Mekkah. Terlebih lagi dari sudut pandang kaum Quraisy Mekkah, penyerangan itu
terjadi pada bulan Rajab; bulan yang dianggap suci oleh penduduk Mekkah.
Menurut tradisi mereka, dalam bulan ini peperangan dilarang dan gencatan senjata
seharusnya dijalankan. Berdasarkan latar-belakang inilah akhirnya Pertempuran
Badar terjadi.
C. PERTEMPURAN
Di musim
semi tahun 624, Muhammad mendapatkan informasi dari mata-matanya bahwa salah
satu kafilah dagang yang paling banyak membawa harta pada tahun itu, dipimpin
oleh Abu Sufyan dan dijaga oleh tiga puluh sampai empat puluh pengawal, sedang
dalam perjalanan dari Suriah menuju Mekkah. Mengingat besarnya kafilah
tersebut, atau karena beberapa kegagalan dalam penghadangan kafilah sebelumnya,
Muhammad mengumpulkan pasukan sejumlah lebih dari 300 orang, yang sampai saat
itu merupakan jumlah terbesar pasukan Muslim yang pernah diterjunkan ke medan
perang
PERGERAKAN MENUJU BADAR
Muhammad
memimpin pasukannya sendiri dan membawa banyak panglima utamanya, termasuk
pamannya Hamzah dan para calon Kalifah pada masa depan, yaitu Abu Bakar
ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, dan Ali bin Abi Thalib. Kaum Muslim juga membawa
70 unta dan 3 kuda, yang berarti bahwa mereka harus berjalan, atau tiga sampai
empat orang duduk di atas satu unta Namun, banyak sumber-sumber kalangan Muslim
pada awal masa itu, termasuk dalam Al-Qur'an sendiri, tidak mengindikasikan
akan terjadinya suatu peperangan yang serius, dan calon khalifah ketiga Utsman
bin Affan juga tidak ikut karena istrinya sakit.
Ketika
kafilah dagang Quraisy Mekkah mendekati Madinah, Abu Sufyan mulai mendengar
mengenai rencana Muhammad untuk menyerangnya. Ia mengirim utusan yang bernama
Damdam ke Mekkah untuk memperingatkan kaumnya dan mendapatkan bala bantuan.
Segera saja kaum Quraisy Mekkah mempersiapkan pasukan sejumlah 900-1.000 orang
untuk melindungi kelompok dagang tersebut. Banyak bangsawan kaum Quraisy Mekkah
yang turut bergabung, termasuk di antaranya Amr bin Hisyam, Walid bin Utbah,
Syaibah bin Rabi'ah, dan Umayyah bin Khalaf. Alasan keikut-sertaan mereka
masing-masing berbeda. Beberapa ikut karena mempunyai bagian dari barang-barang
dagangan pada kafilah dagang tersebut, yang lain ikut untuk membalas dendam
atas Ibnu al-Hadrami, penjaga yang tewas di Nakhlah, dan sebagian kecil ikut
karena berharap untuk mendapatkan kemenangan yang mudah atas kaum Muslim. Amr
bin Hisyam juga disebutkan menyindir setidak-tidaknya seorang bangsawan, yaitu
Umayyah ibn Khalaf, agar ikut serta dalam penyerangan ini.
Di saat itu
pasukan Muhammad sudah mendekati tempat penyergapan yang telah direncanakannya,
yaitu di sumur Badar, suatu lokasi yang biasanya menjadi tempat persinggahan
bagi semua kafilah yang sedang dalam rute perdagangan dari Suriah. Akan tetapi,
beberapa orang petugas pengintai kaum Muslim berhasil diketahui keberadaannya
oleh para pengintai kafilah dagang Quraisy tersebut dan Abu Sufyan kemudian
langsung membelokkan arah kafilah menuju Yanbu.
RENCANA PASUKAN MUSLIM
"Dan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu
dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan
bahwa yang tidak mempunyai kekuatan senjatalah yang untukmu,dan Allah
menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang
kafir". Al-Anfal: 7
Pada saat
itu telah sampai kabar kepada pasukan Muslim mengenai keberangkatan pasukan
dari Mekkah. Muhammad segera menggelar rapat dewan peperangan, disebabkan karena
masih adanya kesempatan untuk mundur dan di antara para pejuang Muslim banyak
yang baru saja masuk Islam (disebut kaum Anshar atau "Penolong",
untuk membedakannya dengan kaum Muslim Quraisy), yang sebelumnya hanya berjanji
untuk membela Madinah. Berdasarkan pasal-pasal dalam Piagam Madinah, mereka
berhak untuk menolak berperang serta dapat meninggalkan pasukan. Meskipun
demikian berdasarkan tradisi Islam (sirah), dinyatakan bahwa mereka pun
berjanji untuk berperang. Sa'ad bin Ubadah, salah seorang kaum Anshar, bahkan
berkata "Seandainya engkau (Muhammad) membawa kami ke laut itu, kemudian
engkau benar-benar mengarunginya, niscaya kami pun akan mengikutimu."Akan
tetapi, kaum Muslim masih berharap dapat terhindar dari suatu pertempuran
terbuka, dan terus melanjutkan pergerakannya menuju Badar.
Pada tanggal
15 Maret, kedua pasukan telah berada kira-kira satu hari perjalanan dari Badar.
Beberapa pejuang Muslim (menurut beberapa sumber, termasuk Ali bin Abi Thalib)
yang telah berkuda di depan barisan utama, berhasil menangkap dua orang pembawa
persedian air dari pasukan Mekkah di sumur Badar. Pasukan Muslim sangat
terkejut ketika mendengar para tawanan berkata bahwa mereka bukan berasal dari
kafilah dagang, melainkan berasal dari pasukan utama Quraisy. Karena menduga
bahwa mereka berbohong, para penyelidik memukuli kedua tawanan tersebut sampai
mereka berkata bahwa mereka berasal dari kafilah dagang. Akan tetapi
berdasarkan catatan tradisi, Muhammad kemudian menghentikan tindakan tersebut.Beberapa
catatan tradisi juga menyatakan bahwa ketika mendengar nama-nama para bangsawan
Quraisy yang menyertai pasukan tersebut, ia berkata "Itulah Mekkah. Ia
telah melemparkan kepada kalian potongan-potongan hatinya."Hari berikutnya
Muhammad memerintahkan melanjutkan pergerakan pasukan ke wadi Badar dan tiba di
sana sebelum pasukan Mekkah.
Sumur Badar
terletak di lereng yang landai di bagian timur suatu lembah yang bernama
"Yalyal". Bagian barat lembah dipagari oleh sebuah bukit besar
bernama "'Aqanqal". Ketika pasukan Muslim tiba dari arah timur,
Muhammad pertama-tama memilih menempatkan pasukannya pada sumur pertama yang
dicapainya. Tetapi, ia kemudian tampaknya berhasil diyakinkan oleh salah
seorang pejuangnya, untuk memindahkan pasukan ke arah barat dan menduduki sumur
yang terdekat dengan posisi pasukan Quraisy. Muhammad kemudian memerintahkan
agar sumur-sumur yang lain ditimbuni, sehingga pasukan Mekkah terpaksa harus
berperang melawan pasukan Muslim untuk dapat memperoleh satu-satunya sumber air
yang tersisa.
RENACAN PASUKAN MEKKAH
"Semua suku Arab akan mendengar bagaimana kita akan maju ke depan
dengan segala kemegahan kita, dan mereka akan mengagumi kita untuk selama-lamanya."
- Amr bin Hisyam
Di sisi
lain, meskipun tidak banyak yang diketahui mengenai perjalanan pasukan Quraisy
sejak saat mereka meninggalkan Mekkah sampai dengan kedatangannya di perbatasan
Badar, beberapa hal penting dapat dicatat: adalah tradisi pada banyak suku Arab
untuk membawa istri dan anak-anak mereka untuk memotivasi dan merawat mereka
selama pertempuran, tetapi tidak dilakukan pasukan Mekkah pada perang ini.
Selain itu, kaum Quraisy juga hanya sedikit atau sama sekali tidak menghubungi
suku-suku Badui sekutu mereka yang banyak tersebar di seluruh Hijaz.Kedua fakta
itu memperlihatkan bahwa kaum Quraisy kekurangan waktu untuk mempersiapkan
penyerangan tersebut, karena tergesa-gesa untuk melindungi kafilah dagang
mereka.
Ketika
pasukan Quraisy sampai di Juhfah, sedikit di arah selatan Badar, mereka
menerima pesan dari Abu Sufyan bahwa kafilah dagang telah aman berada di
belakang pasukan tersebut, sehingga mereka dapat kembali ke Mekkah.Pada titik
ini, menurut penelitian Karen Armstrong, muncul pertentangan kekuasaan di
kalangan pasukan Mekkah. Amr bin Hisyam ingin melanjutkan perjalanan, tetapi
beberapa suku termasuk Bani Zuhrah dan Bani 'Adi, segera kembali ke Mekkah.
Armstrong memperkirakan suku-suku itu khawatir terhadap kekuasaan yang akan
diraih oleh Amr bin Hisyam, dari penghancuran kaum Muslim. Sekelompok
perwakilan Bani Hasyim yang juga enggan berperang melawan saudara sesukunya,
turut pergi bersama kedua suku tersebut.Di luar beberapa kemunduran itu, Amr
bin Hisyam tetap teguh dengan keinginannya untuk bertempur, dan bersesumbar
"Kita tidak akan kembali sampai kita berada di Badar". Pada masa
inilah Abu Sufyan dan beberapa orang dari kafilah dagang turut bergabung dengan
pasukan utama.
HARI PERTEMPURAN
Di saat
fajar tanggal 17 Maret, pasukan Quraisy membongkar kemahnya dan bergerak menuju
lembah Badar. Telah turun hujan pada hari sebelumnya, sehingga mereka mereka
harus berjuang ketika membawa kuda-kuda dan unta-unta mereka mendaki bukit
'Aqanqal (beberapa sumber menyatakan bahwa matahari telah tinggi ketika mereka
berhasil mencapai puncak bukit).Setelah menuruni bukit 'Aqanqal, pasukan Mekkah
mendirikan kemah baru di dalam lembah. Saat beristirahat, mereka mengirimkan
seorang pengintai, yaitu Umair bin Wahab, untuk mengetahui letak
barisan-barisan Muslim. Umair melaporkan bahwa pasukan Muhammad berjumlah
kecil, dan tidak ada pasukan pendukung Muslim lainnya yang akan bergabung dalam
peperangan.Akan tetapi ia juga memperkirakan akan ada banyak korban dari kaum
Quraisy bila terjadi penyerangan (salah satu hadits menyampaikan bahwa ia
melihat "unta-unta (Madinah) yang penuh dengan hawa kematian").Hal
tersebut semakin menurunkan moral kaum Quraisy, karena adanya kebiasaan
peperangan suku-suku Arab yang umumnya sedikit memakan korban, dan menimbulkan
perdebatan baru di antara para pemimpin Quraisy. Meskipun demikian, menurut
catatan tradisi Islam, Amr bin Hisyam membungkam semua ketidak-puasan dengan
membangkitkan rasa harga diri kaum Quraisy dan menuntut mereka agar menuntaskan
hutang darah mereka.
Pertempuran
diawali dengan majunya pemimpin-pemimpin kedua pasukan untuk berperang tanding.
Tiga orang Anshar maju dari barisan Muslim, akan tetapi diteriaki agar mundur
oleh pasukan Mekkah, yang tidak ingin menciptakan dendam yang tidak perlu dan
menyatakan bahwa mereka hanya ingin bertarung melawan Muslim Quraisy. Karena
itu, kaum Muslim kemudian mengirimkan Ali, Ubaidah bin al-Harits, dan Hamzah.
Para pemimpin Muslim berhasil menewaskan pemimpin-pemimpin Mekkah dalam
pertarungan tiga lawan tiga, meskipun Ubaidah mendapat luka parah yang
menyebabkan ia wafat.
Selanjutnya
kedua pasukan mulai melepaskan anak panah ke arah lawannya. Dua orang Muslim
dan beberapa orang Quraisy yang tidak jelas jumlahnya tewas. Sebelum
pertempuran berlangsung, Muhammad telah memberikan perintah kepada kaum Muslim
agar menyerang dengan senjata-senjata jarak jauh mereka, dan bertarung melawan
kaum Quraisy dengan senjata-senjata jarak pendek hanya setelah mereka mendekat.Segera
setelah itu ia memberikan perintah untuk maju menyerbu, sambil melemparkan
segenggam kerikil ke arah pasukan Mekkah; suatu tindakan yang mungkin merupakan
suatu kebiasaan masyarakat Arab, dan berseru "Kebingungan melanda
mereka!"Pasukan Muslim berseru "Ya manshur, amit!!"dan mendesak
barisan-barisan pasukan Quraisy. Besarnya kekuatan serbuan kaum Muslim dapat
dilihat pada beberapa ayat-ayat al-Qur'an, yang menyebutkan bahwa ribuan
malaikat turun dari Surga pada Pertempuran Badar untuk membinasakan kaum
Quraisy. Haruslah dicatat bahwa sumber-sumber Muslim awal memahami kejadian ini
secara harafiah, dan terdapat beberapa hadits mengenai Muhammad yang membahas
mengenai Malaikat Jibril dan peranannya di dalam pertempuran tersebut. Apapun
penyebabnya, pasukan Mekkah yang kalah kekuatan dan tidak bersemangat dalam
berperang segera saja tercerai-berai dan melarikan diri. Pertempuran itu
sendiri berlangsung hanya beberapa jam dan selesai sedikit lewat tengah hari.
D. SETELAH PERTEMPURAN
KORBAN DAN TAWANAN
Imam Bukhari
memberikan keterangan bahwa dari pihak Mekkah tujuh puluh orang tewas dan tujuh
puluh orang tertawan.Hal ini berarti 15%-16% pasukan Quraisy telah menjadi korban.
Kecuali bila ternyata jumlah pasukan Mekkah yang terlibat di Badr jauh lebih
sedikit, maka persentase pasukan yang tewas akan lebih tinggi lagi. Korban
pasukan Muslim umumnya dinyatakan sebanyak empat belas orang tewas, yaitu
sekitar 4% dari jumlah mereka yang terlibat peperangan.Sumber-sumber tidak
menceritakan mengenai jumlah korban luka-luka dari kedua belah pihak, dan
besarnya selisih jumlah korban keseluruhan antara kedua belah pihak menimbulkan
dugaan bahwa pertempuran berlangsung dengan sangat singkat dan sebagian besar
pasukan Mekkah terbunuh ketika sedang bergerak mundur.
Selama
terjadinya pertempuran, pasukan Muslim berhasil menawan beberapa orang Quraisy
Mekkah. Perbedaan pendapat segera terjadi di antara pasukan Muslim mengenai
nasib bagi para tawanan tersebut.Kekhawatiran awal ialah pasukan Mekkah akan
menyerbu kembali dan kaum Muslim tidak memiliki orang-orang untuk menjaga para
tawanan. Sa'ad dan Umar berpendapat agar tawanan dibunuh, sedangkan Abu Bakar
mengusulkan pengampunan. Muhammad akhirnya menyetujui usulan Abu Bakar, dan
sebagian besar tawanan dibiarkan hidup, sebagian karena alasan hubungan
kekerabatan (salah seorang adalah menantu Muhammad), keinginan untuk menerima
tebusan, atau dengan harapan bahwa suatu saat mereka akan masuk Islam (dan
memang kemudian sebagian melakukannya).Setidak-tidaknya dua orang penting
Mekkah, Amr bin Hisyam dan Umayyah, tewas pada saat atau setelah Pertempuran
Badar. Demikian pula dua orang Quraisy lainnya yang pernah menumpahkan
keranjang kotoran kambing kepada Muhammad saat ia masih berdakwah di Mekkah,
dibunuh dalam perjalanan kembali ke Madinah. Bilal, bekas budak Umayyah, begitu
berkeinginan membunuhnya sehingga bersama sekumpulan orang yang membantunya
bahkan sampai melukai seorang Muslim yang ketika itu sedang mengawal Umayyah.
Beberapa
saat sebelum meninggalkan Badar, Muhammad memberikan perintah agar mengubur
sekitar dua puluh orang Quraisy yang tewas ke dalam sumur Badar. Beberapa
hadits menyatakan kejadian ini, yang tampaknya menjadi penyebabkan kemarahan
besar pada kaum Quraisy Mekkah. Segera setelah itu, beberapa orang Muslim yang
baru saja ditangkap sekutu-sekutu Mekkah dibawa ke kota itu dan dibunuh sebagai
pembalasan atas kekalahan yang terjadi.
Berdasarkan
tradisi Mekkah mengenai hutang darah, siapa saja yang memiliki hubungan darah
dengan mereka yang tewas di Badar, haruslah merasa terpanggil untuk melakukan
pembalasan terhadap orang-orang dari suku-suku yang telah membunuh kerabat
mereka tersebut. Pihak Muslim juga mempunyai keinginan yang besar untuk
melakukan pembalasan, karena telah mengalami penyiksaan dan penganiayaan oleh
kaum Quraisy Mekkah selama bertahun-tahun. Akan tetapi selain pembunuhan awal
yang telah terjadi, para tawanan lainnya yang masih hidup kemudian ditempatkan
pada beberapa keluarga Muslim di Madinah dan mendapat perlakuan yang baik;
yaitu sebagai kerabat atau sebagai sumber potensial untuk mendapatkan uang
tebusan.
DAMPAK PERANG BADAR
Pertempuran
Badar sangatlah berpengaruh atas munculnya dua orang tokoh yang akan menentukan
arah masa depan Jazirah Arabia di abad selanjutnya. Tokoh pertama adalah
Muhammad, yang dalam semalam statusnya berubah dari seorang buangan dari
Mekkah, menjadi salah seorang pemimpin utama. Menurut Karen Armstrong,
"selama bertahun-tahun Muhammad telah menjadi sasaran pencemoohan dan
penghinaan; tetapi setelah keberhasilan yang hebat dan tak terduga itu, semua
orang di Arabia mau tak mau harus menanggapinya secara serius." Marshall
Hodgson menambahkan bahwa peristiwa di Badar memaksa suku-suku Arab lainnya
untuk "menganggap umat Muslim sebagai salah satu penantang dan pewaris
potensial terhadap kewibawaan dan peranan politik yang dimiliki oleh kaum
Quraisy." Kemenangan di Badar juga membuat Muhammad dapat memperkuat
posisinya sendiri di Madinah. Segera setelah itu, ia mengeluarkan Bani Qainuqa'
dari Madinah, yaitu salah satu suku Yahudi yang sering mengancam kedudukan
politiknya. Pada saat yang sama, Abdullah bin Ubay, seorang Muslim pemimpin
Bani Khazraj dan penentang Muhammad, menemukan bahwa posisi politiknya di
Madinah benar-benar melemah. Selanjutnya, ia hanya mampu memberikan penentangan
dengan pengaruh terbatas kepada Muhammad.
Tokoh lain
yang mendapat keberuntungan besar atas terjadinya Pertempuran Badar adalah Abu
Sufyan. Kematian Amr bin Hisyam, serta banyak bangsawan Quraisy lainnya telah
memberikan Abu Sufyan peluang, yang hampir seperti direncanakan, untuk menjadi
pemimpin bagi kaum Quraisy. Sebagai akibatnya, saat pasukan Muhammad bergerak
memasuki Mekkah enam tahun kemudian, Abu Sufyan menjadi tokoh yang membantu
merundingkan penyerahannya secara damai. Abu Sufyan pada akhirnya menjadi
pejabat berpangkat tinggi dalam Kekhalifahan Islam, dan anaknya Muawiyah
kemudian melanjutkannya dengan mendirikan Kekhalifahan Umayyah.
Keikutsertaan
dalam pertempuran di Badar pada masa-masa kemudian menjadi amat dihargai,
sehingga Ibnu Ishaq memasukkan secara lengkap nama-nama pasukan Muslim tersebut
dalam biografi Muhammad yang dibuatnya. Pada banyak hadits, orang-orang yang
bertempur di Badar dinyatakan dengan jelas sebagai sebentuk penghormatan,
bahkan kemungkinan mereka juga menerima semacam santunan pada tahun-tahun
belakangan.Meninggalnya veteran Pertempuran Badar yang terakhir, diperkirakan
terjadi saat perang saudara Islam pertama.Menurut Karen Armstrong, salah satu
dampak Badar yang paling berkelanjutan kemungkinan adalah kegiatan berpuasa
selama Ramadan, yang menurutnya pada awalnya dikerjakan umat Muslim untuk
mengenang kemenangan pada Pertempuran Badar.Meskipun demikian pandangan ini
diragukan, karena menurut catatan tradisi Islam, pasukan Muslim saat itu sedang
berpuasa ketika mereka bergerak maju ke medan pertempuran.
E. SUMBER SEJARAH
BADAR DALAM AL’QUR’AN
Pertempuran Badar adalah salah satu dari
sedikit pertempuran yang secara eksplisit dibicarakan dalam al-Qur'an. Nama
pertempuran ini bahkan disebutkan pada Surah Ali 'Imran: 123, sebagai bagian
dari perbandingan terhadap Pertempuran Uhud.
Sungguh Allah telah menolong kamu dalam Peperangan Badar, padahal kamu
adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertawakallah kepada
Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya. (Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada
orang Mukmin, "Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan
tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?" Ya (cukup), jika kamu
bersabar dan bertakwa dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu
juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda.
Ali 'Imran: 123-125
Menurut
Yusuf Ali, istilah "syukur" dapat merujuk kepada disiplin. Di Badar,
barisan-barisan Muslim diperkirakan telah menjaga disiplin secara ketat;
sementara di Uhud mereka keluar barisan untuk memburu orang-orang Mekkah,
sehingga membuat pasukan berkuda Mekkah dapat menyerang dari samping dan
menghancurkan pasukan Muslim. Gagasan bahwa Badar merupakan "pembeda"
(furqan), yaitu menjadi kejadian mukjizat dalam Islam, disebutkan lagi dalam
surah yang sama.
"Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang
telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan)
yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang
Muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang
dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi
orang-orang yang mempunyai mata hati." Ali 'Imran:13
Badar juga
merupakan pokok pembahasan Surah kedelapan Al-Anfal, yang membahas mengenai
berbagai tingkah laku dan kegiatan militer. "Al-Anfal" berarti
"rampasan perang" dan merujuk pada pembahasan pasca pertempuran dalam
pasukan Muslim mengenai bagaimana membagi barang rampasan dari pasukan Quraisy.
Meskipun surah tersebut tidak menyebut Badar, isinya menggambarkan pertempuran
tersebut, serta beberapa ayat yang umumnya dianggap diturunkan pada saat atau segera
setelah pertempuran tersebut terjadi.
CATATAN TRADISI ISLAM
Sesungguhnya
seluruh pengetahuan mengenai Pertempuran Badar berasal dari catatan-catatan
tradisi Islam, baik berupa hadits maupun biografi Muhammad, yang dituliskan
beberapa puluh tahun setelah kejadiannya. Ada beberapa alasan mengapa hal ini
terjadi. Pertama, banyak suku-suku Arab yang hidup di jazirah Arabia buta huruf
dan tradisi oral merupakan cara mereka untuk menyampaikan informasi. Pada saat
Balatentara Islam dapat menaklukkan suku-suku Arab yang lebih berpendidikan di
Suriah dan Irak, dapat dikatakan seluruh kaum Quraisy telah masuk Islam,
sehingga menghilangkan peluang adanya catatan-catatan non-Muslim mengenai
pertempuran tersebut. Kedua, dengan tersusunnya berbagai kompilasi hadits, maka
naskah-naskah catatan aslinya menjadi tidak dibutuhkan lagi, dan menurut Hugh
Kennedy kemudian dimusnahkan dengan "kecepatan yang menyedihkan".
Terakhir, umumnya umat Muslim yang taat beranggapan bahwa para Muslim yang
tewas di Badar adalah para syahid yang mulia, sehingga besar kemungkinan
menjadi kendala bagi usaha yang sungguh-sungguh untuk melakukan penggalian
arkeologis di Badar.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pertempuran
Badar (bahasa Arab: غزوة بدر, ghazawāt
badr), adalah pertempuran besar pertama antara umat Islam melawan
musuh-musuhnya. Perang ini terjadi pada 17 Maret 624 Masehi atau 17 Ramadan 2
Hijriah. Pasukan kecil kaum Muslim yang berjumlah 313 orang bertempur
menghadapi pasukan Quraisy[1] dari Mekkah yang berjumlah 1.000 orang. Setelah
bertempur habis-habisan sekitar dua jam, pasukan Muslim menghancurkan barisan
pertahanan pasukan Quraisy, yang kemudian mundur dalam kekacauan.
DAFTAR
PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Historiografi_Islam_awal&action=edit&redlink=1
Komentar
Posting Komentar